Kamis, 11 April 2013

hakikat manusia dalam Bimbingan dan Konseling


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Setiap individu atau siswa tidak terlapas dari kegiatan–kegiatan yang dalam hal itu tidak terlepas pula dari dari berbagai masalah atau hambatan dalam perkembangannya. Siswa yang mengalami kesulitan itu merupakan manusia yang berada dalam kondisi tidak mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya, sehingga mengalami mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan obyektif yang dihadapinya, dipihak lain kesulitan dapat terjadi karena lingkungan terutama orang tua yang tidak dapat memahami perkembangan anaknya di sekolah dan masyarakat, sehingga memunculkan tuntutan-tuntutan yang berat dan tidak dapat di penuhi oleh siswa.
Kesulitan atau masalah yang dihadapi oleh siswa satu dengan yang lainya tentu tidak sama oleh karena itu perlu suatu klasifikasian masalah individu termasuk siswa. Dalam makalah ini kami akan sedikit membahas tentang jenis-jenis masalah.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Hakikat Manusia
2.      Apa Masalah Yang dihadapi Oleh Siswa/Individu
3.      Apa Penyebab Timbulnya Masalah

C.    TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Untuk Mengetahui Bagaimana Hakikat Manusia
2.      Untuk Mengetahui Masalah Yang dihadapi Siswa/Individu
3.      Untuk Mengetahui Penyebab Timbulnya Masalah




BAB II
PEMBAHASAN

A.    HAKIKAT MANUSIA DALAM BIMBINGAN KONSELING
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
a.       Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
b.      Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c.       Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
d.      Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
e.       Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.[1]
f.       Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g.      Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
h.      Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
i.        Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.[2]

B.     JENIS MASALAH YANG DIHADAPI SISWA/INDIVIDU
Konseli atau siswa di sekolah atau madrasah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah akan tetapi kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan lainya tentulah berbeda. Dan dalam mengklasifikan masalah sebagai berikut:
1.      Masalah Individu yang berhubungan dengan Tuhannya, ialah kegagalan individu melakukan hubungan  secara vertikal dengan Tuhannya, seperti sulit menghadirkan rasa takut, memiliki rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, sulit menghadirkan rasa taat, merasa bahwa Tuhan senantiasa mengawasi prilakunya sehingga individu tidak memiliki kebebasan. Dampak seperti itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan melaksanakan ibadah dan sulit untuk meninggalkan perbuatan yang dilarang tuhan.
2.      Masalah Individu berhubungan dengan dirinya sendiri adalah kegagalan bersikat disiplin dan bersahabat dengan hati nurani yang selalu mengajak atau menyeruh dan membimbing kepada kebaikan dan kebenaran Tuhannya. Dampaknya adalah muncul sikap was-was, ragu-ragu, berprasangka buruk dan rendah motivasi dan dalam banyak hal tidak mampu bersikap mandiri.
3.      Masalah Individu dengan lingkungan keluarga misalnya kesulitan atau ketidak mampuan mewujudkan hubungan harmonis antara anggota keluarga seperti antara anak-anak dengan bapak dan ibu. Kondisi ketidak harmonisan dalam keluarga menyebabkan anak merasa tertekan, kurang kasih sayang, dan kurangnya ketauladanan kedua orang tua.
4.      Masalah Individu dengan lingkungan sosial misalnya ketidak mampuan melakukan adaptasi baik dengan lingkungan tetangga, sekolah dan masyarakat atau kegagalan bergaul dengan lingkungan beraneka ragam watak dan sifat serta perilaku[3]

C.    FAKTOR PENYEBAB ADANYA MASALAH
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatar belakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor-faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu :
  1. Faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisikondisi psikis lainnya; dan
  2. Faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.[4]



BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
1.      Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
2.      Jenis masalah yang dihadapi siswa dibagi menjadi empat yaitu:
a.       Masalah Individu yang berhubungan dengan Tuhannya.
b.      Masalah Individu berhubungan dengan dirinya sendiri.
c.       Masalah Individu dengan lingkungan keluarga.
d.      Masalah Individu dengan lingkungan sosial.
3.      Faktor Penyebab Masalah Menurut W.H Burton dibagi menjadi 2 Yaitu:
a.       Faktor internal.
b.      Faktor eksternal.


















DAFTAR PUSTAKA


http://imronfauzi.wordpress.com/category/bimbingan-dan-konseling/ (diakses pada Tanggal 08 Pebruari 2011 jam 21.00)
http://mohamadrofiul.blogspot.com/2010/05/landasan-filosofis-bimbingan.html (diakses pada Tanggal 08 Pebruari 2011 jam 21.40)
Tohirin, 2009, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi), : Jakarta, Rajawali Pers
Syamsu Yusuf DKK, 2010, Landasan dan Bimbingan Konseling, Bandung,  PT Remaja Rosda Karya



[1] Syamsu Yusuf DKK, 2010, Landasan dan Bimbingan Konseling, Bandung,  PT Remaja Rosda Karya: Hal: 108
[2] http://mohamadrofiul.blogspot.com/2010/05/landasan-filosofis-bimbingan.html
[3] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi), 2009 Rajawali Pers: Jakarta. Hal 111-113
[4] http://imronfauzi.wordpress.com/category/bimbingan-dan-konseling/