BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu atau siswa tidak terlapas dari
kegiatan–kegiatan yang dalam hal itu tidak terlepas pula dari dari berbagai
masalah atau hambatan dalam perkembangannya. Siswa yang mengalami kesulitan itu
merupakan manusia yang berada dalam kondisi tidak mampu memahami dirinya
sendiri dan lingkungannya, sehingga mengalami mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan obyektif yang dihadapinya, dipihak
lain kesulitan dapat terjadi karena lingkungan terutama orang tua yang tidak
dapat memahami perkembangan anaknya di sekolah dan masyarakat, sehingga
memunculkan tuntutan-tuntutan yang berat dan tidak dapat di penuhi oleh siswa.
Kesulitan atau masalah yang dihadapi oleh siswa satu
dengan yang lainya tentu tidak sama oleh karena itu perlu suatu klasifikasian
masalah individu termasuk siswa. Dalam makalah ini kami akan sedikit membahas
tentang jenis-jenis masalah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Hakikat Manusia
2. Apa Masalah Yang dihadapi Oleh
Siswa/Individu
3. Apa Penyebab Timbulnya Masalah
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Hakikat
Manusia
2. Untuk Mengetahui Masalah Yang dihadapi
Siswa/Individu
3. Untuk Mengetahui Penyebab Timbulnya
Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT MANUSIA DALAM BIMBINGAN
KONSELING
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan
dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun
estetis.
Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling
terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan
filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai
aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat
modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada,
para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson
& Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat
manusia sebagai berikut :
a.
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu
untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
b.
Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila
dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c.
Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya
sendiri khususnya melalui pendidikan.
d.
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup
berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya
mengontrol keburukan.
e.
Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji
secara mendalam.[1]
f.
Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia
terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g.
Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya
sendiri.
h.
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan
menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
i.
Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat
dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi
sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap
upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang
manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus
mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan
berbagai dimensinya.[2]
B. JENIS MASALAH YANG DIHADAPI
SISWA/INDIVIDU
Konseli
atau siswa di sekolah atau madrasah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan
memiliki masalah akan tetapi kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi oleh
individu yang satu dengan lainya tentulah berbeda. Dan dalam mengklasifikan
masalah sebagai berikut:
1.
Masalah
Individu yang berhubungan dengan Tuhannya, ialah kegagalan individu melakukan
hubungan secara vertikal dengan
Tuhannya, seperti sulit menghadirkan rasa takut, memiliki rasa tidak bersalah
atas dosa yang dilakukan, sulit menghadirkan rasa taat, merasa bahwa Tuhan
senantiasa mengawasi prilakunya sehingga individu tidak memiliki kebebasan.
Dampak seperti itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan melaksanakan ibadah
dan sulit untuk meninggalkan perbuatan yang dilarang tuhan.
2.
Masalah
Individu berhubungan dengan dirinya sendiri adalah kegagalan bersikat disiplin dan
bersahabat dengan hati nurani yang selalu mengajak atau menyeruh dan membimbing
kepada kebaikan dan kebenaran Tuhannya. Dampaknya adalah muncul sikap was-was,
ragu-ragu, berprasangka buruk dan rendah motivasi dan dalam banyak hal tidak
mampu bersikap mandiri.
3.
Masalah
Individu dengan lingkungan keluarga misalnya kesulitan atau ketidak mampuan
mewujudkan hubungan harmonis antara anggota keluarga seperti antara anak-anak
dengan bapak dan ibu. Kondisi ketidak harmonisan dalam keluarga menyebabkan
anak merasa tertekan, kurang kasih sayang, dan kurangnya ketauladanan kedua
orang tua.
4.
Masalah
Individu dengan lingkungan sosial misalnya ketidak mampuan melakukan adaptasi
baik dengan lingkungan tetangga, sekolah dan masyarakat atau kegagalan bergaul
dengan lingkungan beraneka ragam watak dan sifat serta perilaku[3]
C. FAKTOR PENYEBAB ADANYA MASALAH
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan
faktor-faktor penyebab atau yang melatar belakangi timbulnya masalah siswa.
Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar
siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H.
Burton membagi ke dalam dua bagian faktor-faktor yang mungkin dapat menimbulkan
kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu :
- Faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisikondisi psikis lainnya; dan
- Faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan
menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
2.
Jenis masalah yang dihadapi siswa dibagi menjadi empat yaitu:
a.
Masalah
Individu yang berhubungan dengan Tuhannya.
b.
Masalah
Individu berhubungan dengan dirinya sendiri.
c.
Masalah
Individu dengan lingkungan keluarga.
d. Masalah Individu dengan lingkungan
sosial.
3.
Faktor
Penyebab Masalah Menurut W.H Burton dibagi menjadi 2 Yaitu:
a. Faktor internal.
b. Faktor eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
http://imronfauzi.wordpress.com/category/bimbingan-dan-konseling/
(diakses pada Tanggal 08 Pebruari 2011 jam 21.00)
http://mohamadrofiul.blogspot.com/2010/05/landasan-filosofis-bimbingan.html
(diakses pada Tanggal 08 Pebruari 2011 jam 21.40)
Tohirin,
2009, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi), :
Jakarta, Rajawali Pers
Syamsu
Yusuf DKK, 2010, Landasan dan Bimbingan Konseling, Bandung, PT Remaja Rosda Karya