BAB I
PENDAHULUHAN
A.
Latar
Belakang
Dewasa ini ada beberap teori model
pembelajaran yang diterapakan guru untuk mewwujudkan tujuan dari pendidikan di
Indonesia, karena model pembelajaran dahulu seperti ceramah akan membuat anak
didik menjadi bosan karena dia hanya sebagai pendengar. Karena kami coba untuk
mengulas model pembelaran CTL (Contextual
Teaching and Learnig). Karena model pembelajaran ini melibatkan semua pihak
baik guru maupun siswa, Karen model pembelajaran kontektual (contextual
Teaching and Learning) merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan
kehidupan nyata. Sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar sehari-hari dengan kehidupan nyata.
Dalam Pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning) ada lima elemen
yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontektual yaitu pembelajaran harus
memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh anak didik, pembelajaran
yang dimulai dari pengelobalan hingga bagian-bagian secara khusus (dari Umum ke
Khusus), Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, pembelajran ditekankan
pada upaya memperatekkan secara lagsung apa-apa yang telah dipelajari, dan
adanya refleksi terhadap setrategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan
yang dipelajari.
Oleh karena itu kami tertarik untuk
mengankat tema tentang CTL (Countextual Teaching and Learning), karena konsep pembelajaran yang lebih berpusat pada
keaktifan siswa, bukan keaktifan guru. Dalam Tema yang kami bahas kali menbahasa
tentang latar belakang. Pengertian. Asas-asas. Dan implementasi Pembelajaran
CTL serta tahap-tahap dan pola pembelajaran CTL.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaiman Latar
Belakang dan Pengertian CTL (Contextual Teaching and
Learning) ?
B. Apa saja asas-asas
dan Implementasi CTL (Contextual Teaching and Learning)
?
C. Bagaimana
Tahap Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) ?
C. Tujuan pembahasan
- Untuk Mengetahui Latar Belakang dan
penertian CTL (Contextual Teaching and Learning) !
- Untuk Mengetahui asas-asas dan
Implementasi CTL (Contextual Teaching and
Learning) !
- Untuk Mengetahui Tahap-Tahap
Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) !
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang dan Pengertian CTL
1.
Latar Belakang
Filosofis
Model Pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning) Banyak dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yang
mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget,
aliran filsafat kontruktivisme berangkat dari pemikira Giar bambatista Vico
yang mengungkapkan bahwa “Tuhan adalah
penciptaan alam semesta dan manusia adalah tuan dari penciptaanya”. Sedangkan Mengetahui
Menurut Pico Berarti Mengetahui
bagaimana Membuat sesuatu, artinya seseorang dinamakan mengetahui manakala ia
dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang dapat membagun sesuatu itu.
Pandanga filsafat kontruktivisme
tentang hakikat pengetahuan mepegaruhi pengalaman tentang konsep belajar, bahwa
belajar bukan sekedar menghafal, tetapi proses mengkontruksi pengetahuan
melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain
seperti guru dll, akan tetapi hasil proses mengkonruksi yang dilakukan setiap
individu
Pigmen berpendapat bahwa sejak kecil
setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”.
Skema terbentuk karena pengalaman. Dari pengalaman itulah dalam struktur
kognitif anak terbentuk. Semakin dewasa anak tersebut semakin sempurnalah skema
yang dimiliki, proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi
dan akomdasi, asimilasi adalah proses penyempurnaan skema, dan akomodasi adalah
proses mengubah skema yang sudah ada hingga membentuk skema yang baru, semua
itu terbentuk berkat pengalaman siswa.
Pandangan piaget tentang bagaimana
sebernanya pengetahuan itu terbentuk dalam srtuktur anak, sangat berpengaruh
pada model pembelajaran, diantara adalah model pembelajaran kontektual, menurut
pembelajaran kontektual pembelajaran itu
akan bermakna manakala ditemukan dan dibandingkan sendiri oleh siswa.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan
menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah
dilupakan dan tidak fungsional.[1]
2.
Latar
Belakang Psikologi
Sesuai dengan filsafat yang mendasari
bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari
sudut psikologi, CTL (Contextual Teaching and Learning) berpihak pada aliran
psikologi kognitif, menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman
individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanisme seperti
keterkaitan stimulus dan respon, belajar tidak sesederhana itu. Belajar
melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi,
kemapuan, dan pengalaman.
Dari asumsi dan latar belakang yang
mendasarinya, maka terdapat beberapa hal yang harus anda pahami tentang belajar
dalam konteks CTL (Contextual Teaching and Learning) yaitu.[2]
a.
Belajar
bukanlah menghafal.
b.
Belajar
bukan mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
c.
Belajar
adalah proses pemecahan maslah.
d.
Belajar
adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang
sederhana menuju kompleks.
e.
Belajar
pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
3.
Pengertian
Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) atau bisa dikatakan CTL (Contextual Teaching and
Learning) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara
materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan
sehari-hari.
Pengajaran kontektual (Contextual Teaching and
Learning) adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk menguatkan,
memperluas dan menerapkan pengetahuan dan kertampilan akademik mereka dalam
memecahkan masalah didunia nyata, (Universitas of Washiton, 2010 dalam Suryati
dkk.2008:2)
Dalam pembelajaran kontektual, tugas
guru adalah memberikan kemudahan pembelajaran kepada peserta didik, dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya
menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.[3]
4.
Dasar
Teori Pembelajaran Kontektual
Para pendidik yang menyetujui
pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta ini hidup, tidak diam, dan bahwa alam
semesta ditopang oleh ketiga prinsip: kesaling bergantungan, difensiasi, dan organisasi diri harus menerapkan padangan
dan cara berfikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran, Menurut Johson
tiga pilar dalam sistem CTL (Contextual Teaching and Learning) yaitu :[4]
a.
CTL (Contextual
Teaching and Learning) Mencerminkan prinsip kesaling bergantungan
b.
CTL (Contextual
Teaching and Learning) Mencerminkan Prinsip diferensiasi.
c.
CTL (Contextual
Teaching and Learning) Mencerminkan Prinsip Pengorganisasian diri.
B.
Asas-asas
dan Implementasi CTL
1.
Asas-asas
CTL (Contextual Teaching and Learning).
Sesuai
asumsi yang mendasari, Bahwa Pengetahuan itu diperlukan oleh siswa, Maka guru
harus menghindari mengajar sebagai proses penyampaian informasi, guru Perlu
memandang siswa sebagai subyek belajar dengan segala ke uniknya. Siswa adalah
organism yang aktif dan memiliki potensi untuk mengembangkan potensi itu
sendiri.
CTL
(Contextual Teaching and Learning) memiliki tujuh asas. Asas-asas ini yang
melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan mengunakan pendekatan
contextual, sering juga asaa-asas contextual disebut juga sebagai
komponen-komponen CTL (Contextual Teaching and Learning) , diantara tujuh
asa-asa tersebut yaitu:[5]
a.
Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman siswa.
b.
Inquiry
Inquiry adalah proses belajar didasarkan pada pencairan dan penemuan
melalui proses berfikir secara sistematis.
c.
Bertanya
(Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan, bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu atau siswa.
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir
atau mengemukakan pendapat.
d.
Pemodelan
(Modeling)
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapar ditiru oleh setiap siswa.
e.
Masyarakat
Belajar (Learning Community)
Masyarakat Belajar adalah pengetahuan dan pengalaman anak ditopang
oleh komunikasi orang lain. Jadi permasalahan tidak mungkin dapat kita
selelasikan sendiri, akan tetapi kita mebutuhkan bantuan dari orang lain.
f.
Refleksi
(Reflektion)
Refleksi adalah proses pegendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
mengurutkan kembali kejadiaan-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
dilalui.
g.
Penilain
Nyata (Authentic Assessment)
Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan oleh guru
pada saat ini, biasanya ditekankan pada perkembangan aspek intelektual,
sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada pengunaan tes.
Peniaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan yang dilakukan
siswa.
2.
Implementasi
CTL (Contextual Teaching and Learning)
Suatu
contoh Implementasi CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam bidang IPA
yaitu tentang besaran fisika (Panjang, masa dan waktu).[6]
a.
Kontruktivisme
(Contruktivism)
Siswa dihadapkan
pada pengalaman kongkrit pembandingan masa dua benda yang diukur dengan tangan
dan neraca, berdasarkan hasil observasinya siswa dapat diajak untuk mengenali
faktor yang mempengaruhi keadaan suatu benda.
b.
Tanya
Jawab (Questioning)
Kegiatan
pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti sampai dengan penutup semua dilakukan
Tanya jawab antara guru dengan siswa. Pertanyaan dari guru digunakan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir secara kritis dan pertanyaan
siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa
dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru.
c.
Menemukan
(inquiry)
Merupakan siklus
membangun pengetahuan atau konsep yang bermula dari melakukan observasi,
bertanya, analisi kemudian membangun teori. Siklus inqury meliputi observasi
Tanya jawab, hipotesis, pengumpulan data analisis data, kemudia disimpulkan.
Definisi masa ditemukan oleh siswa selama proses pembelajaran melalui kegiatan
ilmiah.
d.
Komunitas
Belajar (Learning Community)
Prakteknya dapat
berwujud dengan pebentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta
mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, berkerja dengan
kelas diatasnya, berkerja dengan masyarakat. Identitas kegiatan utama yang
dilakukan oleh murid diharapkan selama proses kegiatan pembelajaran guru tidak
mendominasi kelas tetapi Tanya jawab antar siswa, antar kelompok siswa dapat
berjalan lancar .
e.
Pemodelan (Modelling)
pembelajaran ini
guru mendemotrasikan suatu kinerja (mengukur masa), agar siswa dapat mecontoh,
belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan guru. Guru
memberikan model tentang “How To learn” mengukur masa air yang volumenya yang
sudah ditentukan dahulu.
f.
Refleksi (Reflection)
Dalam pembelajaran
siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil pembelajaran dengan fakta
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
g.
Penilaian
outentik (Assesemen Authenctic)
Diman guru
memberiakan tugas kepada anak didik untuk mengimplementasikan hasil
pembelajaran secara terus menerus agar guru dalam menilain apakan pembelajaran
sudah berjalan dengan baik. penilai yang menunjukan kemampuan siswa dari saat
melakukan sampai pembelajran selesai.
C. Taha-Tahap Pembelajaran CTL.
1.
Langkah-langkah
Pembelajaran CTL
I.
Pendahuluan.
a.
Guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
b.
Guru Menjelaskan
prosedur CTL.
-
Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai
dengan jumlah siswa.
-
Setiap kelompok ditugasi untuk melakukan
observasi.
-
Melaui observasi siswa ditugaskan untuk
mencatat berbagai hal yang telah mereka temuka.
c. Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang dikerjakan oleh
setiap siswa.
II. Inti
a. Dilapangan.
-
Siswa
melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
-
Siswa
mencatat hal-hal yang mereka temukan, sesuai dengan alat observasi yang telah
mereka tentukan sebelumnya.
b.
Dikelas.
-
Siswa
mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompok masing-masing.
-
Siswa
melaporkan hasil diskusi.
-
Setiap
kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
c. Penutup.
-
Dengan
bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah, sesuai
dengan indikator dan hasil belajar yang
harus dicapai.
-
Guru
Menugaskan siswa untuk membuat krangka tentang pengalaman belajar mereka.[7]
2.
Contoh RPP
CTL dalam Bidang IPA.[8]
Besaran dan Satuan
Kelas : X
Waktu : 45 Menit
Model Pembelajaran :
CTL
Metode : Eksperimen
1.
Standar
Kompetensi
Menerapkam konsep
besaran fisika dan pengukuranya
2.
Kompetensi
Dasar
Mengukur Besaran
fisika (Masa Panjang dan Waktu)
3.
Indiaktor
- Siswa membandingkan pengukuran masa dengan indera dan neraca
- siswa mensimulasikan cara mengukur masa suatu benda
- siswa menemukan konsep masa
- siswa mengitung masa jenis sesuatu
4.
Peralatan
- Kiat neraca
- Bola dan balok
- Botol air
5.
Materi
Masa dapat dimaknai
dengan berbagai definisi, tergatung pada
proses pembelajarannya. Masa dapat didefinisikan sebagai ukuran jumlah zat bila
dalam proses pembelajarannya harus menunjukan bahwa dengan bertambahnya jumlah
zat akan menambah massanya. Pendifinisian seperti ini memberikan konsekuensi implementasi
dalam kehidupan sehari-hari. Orang memberli bahan gas (elpiji) diukur dengan
cara timbangan. Elpiji dalam sebuah tabung dikatakan masih penuh bila masanya
besar, sedangkan jika habis massanya akan ringa. Inti arti pentingnya
mempelajari masa agar dapat di implementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
6.
Pesiapan
Pembelajaran
Sebelum masuk
kelas, guru menyiapkan bola besi dan baluk kayu. Bola kayu dibuat sedikit lebih
berat dibandingkan bola besi. Alat ini digunakan untuk membandingkan motivasi
di awal pembelajaran.
7.
Kegiatan
Pembelajaran
Waktu
|
Peran
|
Perkembangan Pembelajaran
|
Alat bantu
|
5 Menit
|
MM
MM
G
MM
G
MM
G
|
Pendahuluan
Siswa diminta untuk mengobservasikan
bola dan balok kayu.
Hasil observasi dilaporkan dan ditulis
dipapan tulis.
“Apakah yang anda rasakan pada tangan
kanan kiri sama? Apa bedanya? Betulkan bola besi lebih berat dari pada bola
kayu.
Siswa diminta mengamati berat kedua
benda yang dibandingkan dengan neraca.
Apakah ada pertanyaan?
Mengapa ada perbedaan antara
membadingkan masa kedua benda mengunakan tangan dan neraca?
Manakah yang paling tepat digunakan
sebagai alat ukur massa?
|
Balok Besi dan Kayu
|
35 Menit
|
M
G
MM
|
Penyusunan Opini
Siswa diminta memberikan penjelasan
mengukur masa dengan neraca.
Kegiatan inti:
Kepada siswa diberikan kit neraca dan
air dalam botol.
1.
Siswa
diminta merangkai neraca.
2.
Siswa
diminta menimbang air yang volumenya 50 ml.
3.
Siswa
diminta menimbang air yang volumenya 100 ml.
4.
Siswa
diminta mencatat datanya
5.
Siswa
diminta mempresiksinya massa air yang volumenya 150 ml dan 200 ml.
6.
Siswa
diminta mengukur massa air yang volumenya150 ml dan 200 ml.
Diskusi;
1.
Salah
satu kelompok diminta menulis data dipapan
tulis.
2.
Berdasarkan
data yang ditulis dipapan tulis, siswa diajak untuk mendifiniskan massa.
3.
Mendiskusikan
pegaruh pemasaran terhadap zat.
Kegiatan 2:
1.
Berdasarkan
tabel yang telah diperoleh bagaiamana hubungan masa dan volume air?
2.
Digambarkan
dalam bentuk grafik (sumbu X volume, Sumbu Y massa).
3.
Gradient
itu apa, gradien ini dinamakan masa jenis.
4.
Siswa
diminta memfornulaiskan massa jenis
5.
Siswa
diajak mendiskusikan makna massa jenis
6.
Siswa
diajak menghitung massa jenis suatu benda itu lain
7.
Massa
suatu zat adalah khas untuk zat itu sehingga definisi massa diperbaiki
8.
Siswa
diajak mengenalkan besaran-besaran
|
Kit neraca dan air dalam botol
|
5 Menit
|
G
|
Kegiatan Penutup
Siswa diminta menunjukan alat ukur
massa selain neraca yang ada dilingkungan mereka. Siswa diminta
mengidentifikasi alat-alat ukur besaran pokok lain yang biasa digunakan di
lingungannya.
|
|
Keterangan:
MM: Kegiatan pertaman dilakukan oleh murid (diskusi murid-murid)
G : Kegiatan utama dilakukan oleh guru.
M : kegiatan utama dilakukan tanya jawab guru
Murid
8.
Penilaian
Penugasan: membuat
deskripsi tentang kegiatan pengukuran massa yang terjadi di pasar tradisional
di lingkunganya.
Keriteria penilaian
No
|
Aspek
|
Skor
|
Bobot
|
Skor Maksimal
|
||||||
1.
|
Kelengkapan
a. Lengkapan (data+gambar)
b. Agak lengkap (data)
c. Kurang Lengkap (gambar)
|
3
2
1
|
|
|
||||||
2.
|
Kesesuaian
a.
Sesuai
b.
Agak
Lengkap
c.
Tidak
Lengkap
|
3
2
1
|
5
|
15
|
Skore Nilai
(Nilai perolehan x
bobot) + (Nilai perolehan x bobot) = 30
Skore Anak
(Nilai perolehan x
bobot) + (Nilai perolehan x bobot) = 30
3
Penilaian kedua
aspek dilakukan melalui evaluasi keterampilan proses sains
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a.
Dalam pembelajaran
Kontektual ada dua latar belakang yaitu latar belakang filosofis dan latar
belakang psikologi. Sendangkan pengertian kontektual adalah pembelajaran yang
menekankan pada siswa, dimana siswa harus bisa menkontruksikan pelajaran yang telah
didapat di kelas dan mengkontruksikan dengan kehidupan nya.
b.
Dalam
teori pembelajaran CTL ada beberapa asas-asas atau koponen-kompenen yang harus
kita ketahui yaitu Kontruktivisme (Contruktivism), Tanya Jawab (Questioning), Menemukan
(inquiry), Komunitas Belajar (Learning Community), Pemodelan (Modelling),
Refleksi (Reflection), Penilaian outentik (Assesemen Authenctic).
- Langkah-langkah Pembelajaran CTL
a. Pendahuluan.
-
Guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta mafaat dari proses pembelajaran
dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
-
Guru
Menjelaskan prosedur CTL.
b.
Inti
-
Dilapangan.
-
Dikelas.
-
Penutup.
DAFTAR PUSTAKA
Amri Sofan E. Ahmadi Lif Khoiru, 2010,
Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya.
Pribadi A. Benny, 2009,
Model Desain Sistem Pembelajaran,
Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Sugianto. H, 2010. Model-Model Pembelajaran
Inovatif, Kadipiro Surkarta : Yuman Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS.
Sanjaya Wina, 2009, Strategi Pembelajaran
Bereoritas Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenda Media Group.
[1] Sanjaya Wina, 2009, Strategi Pembelajaran beroreintasi Standar
Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), hlm 256-257
[2] Ibid. hlm 259-260
[3] Ahmadi Lif Khoiru. E Amri Sofan, 2010, Konstruksi Pengembangan
Pembelajaran, (Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya) hlm 193
[4] Sugiyono. H, 2010, Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Jakarta: PT Dian Rakyat),hlm 15-16
[5] Sanjaya Wina, 2009, Strategi Pembelajaran beroreintasi Standar
Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), hlm 263-269
[6] Ahmadi Lif Khoiru. E Amri Sofan, 2010, Konstruksi Pengembangan
Pembelajaran, (Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya) hlm 29-31
[7] Op cit, Sanjaya Wina, hlm 270-271
[8] Sugiyono. H, 2010, Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Jakarta: PT Dian Rakyat),hlm 23-27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar